Pages

Boengxoe's Collection

Senin, 06 Desember 2010

Cahaya yang Menghilang

Pandeglang, 05 Desember 2010

Darinya... aku belajar tentang kehidupan. Apa itu cinta, kerinduan, kasih sayang, kesabaran, juga keikhlasan. Darinya pula aku tahu bagaimana rasanya menjadi seseorang yang mengajarkan aku kembali tentang keteguhan. Jatuh dan bangun dari keterpurukan dan akhirnya merentas jalan menuju ridhoNya..

Ya..... ia lah guruku..pengalaman terbaik, kesuksesan tertunda dari sebuah kegagalan. Karenanya aku memilih reinkarnasi agar kutemukan kembali separuh jiwaku yang sempat mati suri. Terbangunkan karena ada gertakan yang menghentakkan sanubari lalu “tersentak” kaget dan aku pun tersadarkan. Aku telah kembali... alhamdulillah... terima kasih Robb...

Disuatu malam yang kelam..

Termangu didepan sebuah laptop, sambil mendengarkan lagu-lagu instrumental, lalu mulai menyentuh lembut tiap huruf pada keyboard dan mulai menuangkan apa yang menjadi ganjalan dalam hati..

Hari ini... didepan mereka, aku menyemangati bahwa perubahan menuju perbaikan diri butuh proses, ya proses, karena Allah pun lebih menyukainya dibandingkan hasil. Usia mereka yang masih belia, tak ayal mudah terkontaminasi oleh rasa penasaran terhadap lawan jenis. Dan entah berapa banyak remaja terjerumus karenanya. Karena cinta itu begitu menggoda. Karena cinta itu begitu banyak tipu daya.

Aku tak berharap, ada kesekian kalinya wanita tergoda. Kesucian yang terenggut dengan mudah, penjamahan yang tergadaikan, juga manis rayu tanpa pertanggungjawaban. Cukup hanya wanita-wanita yang penjaja seks saja yang merasakan gemerlapnya dunia nafsu yang menyesatkan, dan cukuplah kita menjadi penonton, bukan ikut menjadi pemain!.

Menangis.. entah berapa tetesan yang keluar dari muara sungai airmata yang menjadi bukti penyesalan setelah semua terkorbankan. Dan wanita lah yang menjadi korban!! Yang didepan mereka tak ada lagi impian indah terlukis karena kandas oleh awan pekat hitam karena setetes noda yang begitu ternafsukan.

Tak ada kehalalan yang tercipta untuk merengkuh keharmonisan dengan seseorang yang menjadi pendamping hidup, karena semua terlampau cepat tertumpahkan dalam ikatan haram. Melupakan segala angan yang sempat terlukis dalam istana harapan, bahkan harapan Ayah Bunda harus tergadaikan dalam waktu yang cepat bagai badai catrina. Senyuman yang seharusnya hadir dari wajah mereka karena menyaksikan kesuksesan dari anak-anaknya justru menjadi targedi airmata kepahitan yang menjadi sejarah yang pedih untuk dikenang. Bermuram durja dalam penyesalan-penyesalan yang tiada henti karena waktu telah berganti dan tak akan pernh terulang kembali...

Menyaksikan penuturan yang tersabda dari mulut mungil gadis belia yang kini sudah hancur kehidupannya, kandas masa depannya, juga lebur impaiannya, membuatku jenuh dengan semua yang ada. Kenapa semua terjadi ? tak bisa kah kita bersabar? Bersabar untuk sebuah kenikmatan dalam kesyukuran yang didalamnya penuh dengan kebahagiaan. Yang Allah telah janjikan untuk hambaNya yang mau bersabar...! cukup!

Meski hidup tak pasti, bergelut dengan aroma tipuan dunia, menjajaki liku-liku perjalanan yang semakin gelap kemana arahnya. Hidup bagai melukis di kanvas, tiap hari menggurat satu goresan. Merangkai titik-titik huruf yang kan menjelma menjadi takdir. Ntahlah berapa nafas kuhembuskan kala kutuang ukiran hati dicatatan ini.

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar